IHRAMCO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kabupaten Lebak di Provinsi Banten menjalankan program jambanisasi gotong royong dalam upaya memperbaiki sanitasi guna menekan kasus stunting, kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga tubuhnya menjadi tengkes. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kabupaten Lebak Nurul
Cerpen Gotong Royong Kemarau Panjang Meresahkan Hewan Rawa. Illustrated by FreepikDengan bergotong royong, segala pekerjaan akan menjadi lebih ringan. Benar begitu, kan?Agaknya Sobat Guru Penyemangat pasti setuju dengan pernyataan di royong termasuk ke dalam pengalaman sila ke-4 Pancasila, yaitu kemasyarakat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ lambangnya adalah kepala banteng, karena memang hewan tersebut dikenal suka hidup berkelompok alias bagaimana dengan kita? Tentunya di lingkungan keluarga, sekolah, hingga masyarakat kita senantiasa bersemangat gotong royong, kan?Berikut dihadirkan seutas cerpen berupa cerita fabel dengan tema gotong royong berjudul “Kemarau Panjang Meresahkan Hewan kita simak yaCerpen Kemarau Panjang Meresahkan Hewan RawaOleh Fahmi Nurdian SyahMusim kemarau yang panjang telah tiba. Kekeringan melanda di mana-mana membuat seluruh tanah menjadi tandus kering. Sementara langit tidak kunjung menampakkan tanda-tanda akan turunnya pun yang hidup akan merasa tersiksa. Tak terkecuali warga rawa-rawa. Semenjak kemarau panjang lompatan si Katak menjadi tak selincah Cacing yang bersusah-payah dalam menggali tanah dan si Badak merasakan tubuhnya yang panas karena kulitnya yang tebal tak bisa berendam di dalam air supaya suhu tubuhnya menjadi kemarau panjang ini, semua nampak merasakan kesusahan. Mereka sangat merindukan hujan. Meskipun merasa kesusahan, tidak ada satu pun di antara mereka yang mengeluh. Karena semua sama-sama memahami jika yang merasakan kesusahan bukanlah dirinya pelopor Rawa, si Badak mengkhawatirkan nasib yang lainnya. Si Badak mendapatkan ide untuk mencari sebuah kolam baru. Keesokan harinya ketika si Katak dan di Cacing masih tertidur pulas, di Badak perlahan berjalan menyusuri pinggiran hutan dan mulai menjauh dari tempat rawa. Siang harinya terdapat seekor Gelatik yang sedang terbang kemudian mendarat di dekat Cacing dan Katak. “Hai kalian, dimana si Badak? aku lapar ingin makan kutu sekaligus membersihkan kulitnya," ucap Gelatik itu. "Aku tidak tahu,” Jawab si Katak. “Semenjak pagi si Badak sudah tidak kelihatan ada di kolam," tambah di Cacing. “Ke mana ya si Badak pergi?” tanya Gelatik penasaran. “Entahlah Aku gak tahu, tapi jika dilihat, memang dia nampak gelisah." Boleh Baca Fabel Si Marmut dan Gong HitamHingga pertengahan siang dan sore hari pun telah tiba, tidak ada tanda-tanda si Badak kembali ke rawa. Cacing, Gelatik dan Katak pun memutuskan untuk mencari keberadaan si Badak. “Badak! Kamu di mana sih?" teriak si Katak yang mulai sibuk mencarinya. Katak, Cacing dan Gelatik telah mencari kesana-kemari tetapi tidak melihat keberadaan Badak. Matahari yang sebentar lagi tenggelam membuatnya untuk kembali ke rawa dan tak lagi mencari keberadaan Badak. Langit telah tampak menggelap, tak lama kemudian muncullah keberadaan Badak di rawa. "Hai Badak, kemana saja kau seharian, kita khawatir dengan keberadaanmu," ucap Katak yang nampak kesal dengan sikap Badak yang pergi tidak bilang dahulu. “Maaf sudah membuat kalian kawatir, tadi aku pergi mencari rawa yang lebih banyak airnya,” jawab Badak. “Kamu gak akan meninggalkan kita ke tempat barukan?” tanya Katak khawatir. “Tidak Kok, justru aku mengkhawatirkan kalian, sudah lama aku tidak melihat Katak melompat dan berenang, Cacing juga kelihatan kesusahan menggali tanah." “Baik sekali kamu sudah memikirkan kita. Tapi, aku juga yakin kulitmu juga butuh air,‟ Badak hanya tersenyum, memperlihatkan gigi besarnya. “Kemarau tahun ini emang panjang banget." Gajah muncul dari semak-semak. “Gimana kalau kita tambahkan saja air rawa ini?” usul Badak. “Tadi sewaktu mencari rawa baru, aku sempat melewati sungai di dekat bukit. Di sana terdapat air yang masih mengalir meskipun tidak begitu deras.” “Bagus juga idemu. Tapi, bagaimana cara membawa airnya?” Cacing nampak kebingungan. "Hai Gajah, belalaimu kan panjang, bisa untuk menyimpan air," ucap Katak. “Jika hanya Gajah yang bawa air, kapan penuhnya?” ujar Badak. “Gimana kalau kita ke rumah pak Badrus saja? Dia kan menyimpan perkakas bekas, mungkin dia mempunyai panci, ember, atau barang lainnya yang bisa mengangkut air.” ucap Gelatik pun akhirnya sepakat dengan ide Gelatik. Setelah itu mereka pun tidur mempersiapkan tenaga untuk besok. Keesokan harinya, mereka pun berangkat menuju ke rumah Pak Badrus yang letaknya tak jauh dari di sana, mereka dikasih beberapa panci bekas yang ada tambalnya, dan ember yang besar. Hewan-hewan rawa pun berbondong-bondong menuju ke sungai yang berada di kaki bukit. Sesampainya di sana, Katak dan beberapa hewan yang lain langsung mengambil air dan memasukkan ke dalam ember dengan dedaunan. perlahan namun pasti, ember dan panci mulai penuh dengan Baca Fabel Rubah dan Kucing yang CerdikGajah menyedot air sebanyak mungkin, kemudian Badak memikul ember yang di sudah penuh dengan kali mereka bolak-balik mengangkut air dari sungai ke rawa hingga air tersebut cukup untuk beberapa hari ke depan. Setelah seharian mengisi air rawa, Badak dan teman-temannya beristirahat dan menikmati hasil gotong royong melompat dan berenang dengan riang. Cacing menggali tanah dengan mudah. Badak berendam dengan tenang, sementara Gelatik dengan riang memakan kutu dikulit kutu di kulit nampak sangat bahagia, masalah air rawa bisa diselesaikan bersama dan kemarau panjang pun bisa dilewati.~ Selesai ~Nah, demikianlah tadi sajian Guru Penyemangat tentang cerpen gotong moral dari cerita pendek di atas adalah seberat apapun masalah jika kita bergotong royong dalam menyelesaikan masalah maka pasti akan terasa lebih ringan.Salahsatu kegiatan sosial yang akan penulis ceritakan di sini ialah kegiatan sosial gotong royong. Gotong royong merupakan suatu kegiatan bekerja sama atau saling menolong untuk mencapai suatu hal yang diinginkan. Gotong royong berasal dari kata dalam bahasa Jawa yakni 'gotong' yang berarti mengangkat dan 'royong' yang berarti bersama.- Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan salah satu bangunan peninggalan Kerajaan Cirebon. Bangunan ini juga dikenal dengan nama Masjid Agung Cirebon atau Masjid Sunan Gunung Jati. Pasalnya, Masjid Agung Sang Cipta Rasa memang dibangun pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati, tepatnya pada tahun 1498 di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon, masjid ini disebut-sebut sebagai masjid tertua di Cirebon. Lebih istimewa lagi, Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi salah satu masjid yang dibangun oleh Wali Sanga secara pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun atas prakarsa Sunan Gunung Jati dan dibantu oleh Wali Sanga. Selain itu, beberapa tenaga ahli untuk membangun Masjid Agung Sang Cipta Rasa dikirim oleh Raden Patah dari Demak. Selain Sunan Gunung Jati, anggota Wali Sanga yang berperan besar dalam pembangunan masjid ini adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga memimpin pembangunan dengan arsitek dari Kerajaan Majapahit bernama Raden Sepat. Seperti di Masjid Agung Demak, di masjid ini juga terdapat saka guru tiang utama yang dibuat dari tatal, yaitu pecahan-pecahan kayu berukuran kecil yang disatukan.
Merekabegitu antusias dan semangat menuju Masjid Al-Kariem yang meski dipisahkan oleh kali yang cukup dalam. Karena itu, pada hari Jum'at kemarin (18/2/2022), anak-anak bersama warga dan dai Dewan Dakwah, Ustadz Muqri bergotong-royong membangun jembatan tradisional agar bisa membantu mereka yang berada di seberang kali bisa menuju ke masjid
Pembangunan masjid di satu daerah, terutama di masa lampau, tidak cuma berkaitan dengan ketersediaan tempat ibadah. Tapi juga sejarah dan semangat warga setempat. Masjid Jami Banjarmasin jadi salah satunya. Masjid bersejarah hasil gotong royong rakyat yang bahu-membahu membuat tempat ibadah sendiri. Masjid Jami Banjarmasin sudah berusia cukup lama. Ia pertama kali dibangun pada 1777. Gaya arsitekturnya merupakan paduan antara corak Timur Tengah, Banjar, dan Hindia Belanda. Di Banjarmasin pada waktu itu, belum ada masjid untuk menampung jamaah. Lalu pemerintah Hindia Belanda berinisiatif menawarkan bantuan. Tapi bantuan tersebut ditolak masyarakat. Mereka sangat tidak menyukai pemerintahan jajahan. Maka masyarakat pun mulai menggalang dana sendiri. Semua kalangan menyumbang, yang tua dan yang muda, yang kaya juga yang miskin. Mereka bergotong royong menyodorkan apa yang bisa mereka sumbangkan. Beberapa jenis pemberian dikumpulkan. Ada yang berupa harta benda, ada juga yang merupakan hasil tani, bahkan tanah. Maka dalam waktu relatif singkat, sumber daya yang dibutuhkan terkumpul. Masjid Jami Banjarmasin beridir di atas tanah seluas dua hektar. Oleh warga setempat, Masjid Jami Banjarmasin tidak hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga menjadi tempat menimba ilmu, dan melakukan aktivitas sosial. Masjid tertua kedua di Kalimantan Dari segi waktu pendirian, Masjid Jami Banjarmasin hanya kalah lama dari Masjid Sultan Suriyansyah. Kini, Masjid Jami Banjarmasin telah berusia lebih dari abad. Sementara Masjid Sultan Suriyansyah berumur nyaris dua kali lipat lebih lama, yakni abad. Masjid ini memiliki warna dominan hijau dan cokelat. Terdapat prasasti bertuliskan Arab-Melayu yang menandakan pendirian Masjid Jami Banjarmasin. Prasasti tersebut kini dipasang di samping mimbar. Nama lama masjid ini adalah Masjid Sungai Jingah. Masjid Jami Banjarmasin awalnya dibangun di atas tanah yang dekat dengan Sungai Martapura. Namun, setelah adanya abrasi, masjid ini kemudian dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Pemindahan ini terjadi pada tahun 1934. Pemindahan ini pun berlangsung secara swadaya. Masyarakat berinisiatif membantu dengan komando salah seorang tokoh setempat. Dalam prosesnya, warga rela hilir mudik membawa pasir urukan dari sau tempat ke tem[at lain. Material bahan bangunan pun dibeli dengan urunan masyarakat. Kini, Masjid Jami Banjarmasin berlokasi di Jl. Mesjid Jami, Sungai Jinah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kegiatan keagamaan terus berlangsung di Masjid Jami Banjarmasin. Terlebih pada bulan Ramadhan, terdapat berbagai kegiatan seperti salat tarawih berjamaah, buka puasa, tadarus Al-Quran, dsb. Jika kamu berkunjung di bulan Ramadhan, kamu bisa menyaksikan langsung kemeriahan kegiatan di Masjid Jami Banjarmasin. Kamu tak usah khawatir karena masjid ini buka dari subuh hingga malam hari. Pilihan aktivitas Saat berkunjung, kamu bisa menunaikan ibadah salat dan melakukan ibadah lainnya. Selain itu, kamu bisa menikmati waktu bersantai, di waktu senja atau waktu cuaca teduh, di pelataran masjid yang cukup luas. Kamu berteduh dari perjalanan. Kamu juga bisa melihat sejumlah peninggalan Masjid Jami Banjarmasin. Misalnya bedug yang merupakan salah satu benda lama dan sudah ada sejak awal Masjid Jami Banjarmasin berdiri. Karena berada di keramaian, kamu bisa dengan mudah menemukan tempat menjual makanan atau minuman. Kamu bisa menyantap berbagai makanan khas Banjarmasin. Soto Banjar, misalnya. Soto ini memiliki kuah yang gurih, dan cocok dipadukan dengan ketupat. Saat menyantapnya, bisa juga ditambah makanan pendamping seperti perkedel, kentang rebus, dan tekur rebus. Sebelum pulang, kamu bisa mencari toko oleh-oleh yang ada di sekitar kota Banjarmasin. Ada banyak pilihan oleh-oleh yang bisa bawa sebagai bekal. Yang berupa makanan ada dodol kandangan, amplang ikan, rabuk ikan, ikan seluang goreng, kue rangai, miniatur rumah adat, ikan sepatu kering, dsb. Untuk memudahkan perjalanan, gunakan Di kamu bisa membeli kamar hotel dari rentang yang terjangkau hingga yang termahal, membeli tiket kereta, tiket pesawat, dsb. Ada juga berbagai promo menarik yang bisa kamu nikmati. Untuk mendapatkan fitur secara lebih maksimal, kamu bisa unduh aplikasinya di playstore. Selamat berwisata! TNIdan Non-Muslim ikut membangun tempat wudhu Masjid Fisabilillah Papua.